loading...

HALAQOH INTERNASIONAL : “Peran Pondok Pesantren Dalam Merawat Komitmen Kebangsaan Melalui Pemahaman Keagamaan dan Politik Yang Moderat”

Kamis, 10 Agustus 2023 – Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah 2 Nagreg Bandung tengah menyelenggarakan acara Halaqoh Internasional. Halaqoh bagi Pondok Pesantren al-Quran al-Falah Bandung ini merupakan agenda tahunan yang di inisiasi oleh Ayahanda kita guru kita bersama yaitu almarhum almaghfurlah KH. Qori Ahmad Syahid bersama almarhum almaghfurlah Guru Bangsa kita Gus Dur pada tahun 2013. Pak kiai sangat konsen sekali untuk melakukan penguatan-penguatan kepada masyarakat yang tujuannya demi kemaslahatan dan keberlangsungan negeri ini dan alhamdulillah legacy ini dapat kami teruskan sampai hari ini. (H.Yuyun Wahyudin, S.S., M.Pd.I selaku ketua panitia halaqoh).

Halaqoh ini merupakan  rangkaian acara MILAD AL-FALAH YANG KE-53 dan menjadi agenda setiap tahunnya. Berisikan tentang diskusi beberapa fan ilmu yang akan dibahas, seperti tahun ini yang membahas tentang “Peran Pondok Pesantren Dalam Merawat Komitmen Kebangsaan Melalui Pemahaman Keagamaan dan Politik Yang Moderat” bersama Narasumber-narasumber hebat dengan pemikiran yang moderat. Dengan harapan, pesantren dapat memberikan kontribusi positif bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI dan semoga saja apa yang kita dapatkan hari ini dari Narasumber bisa menjadi bekal untuk bersikap dan bertindak bagi kita semua dalam menghadapi hajat politik nasional di di tahun 2024 nanti.

Halaqoh ini diikuti oleh 300 sampai 350 peserta yang datang dari berbagai kalangan ada kiai, ada ulama, santri, guru, dosen, aktivis pergerakan dan pemikiran, mahasiswa dan tokoh masyarakat lainnya. Dan acara ini di danai secara Swadaya oleh Pondok Pesantren al-Quran al-Falah sendiri, kita tidak menyampaikan selembar proposal apapun baik kepada pemerintah maupun kepada perusahaan, Ujar Ketua Panitia Halaqoh.

Narasumber-narasumber yang dimaksud adalah Ibu H. Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Mba Yenny Wahid), putri almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Ketua DPD Partai Golkar Jabar Dr. H. TB Ace Hasan Syadzily. Hadir pula Karo Kesra Pemprov Jabar Barnas Adjidin mewakili Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Khadimul ‘Aam Ponpes Al-Qur’an Al-Falah Bandung, KH. Cecep Abdullah Syahid.

Mengenai nama Halaqoh Internasional, semoga saja tidak termasuk pembohongan publik. Karena sejatinya pada halaqoh ini akan dihadiri oleh Duta besar dari Sudan, tapi karena ada salah satu hal yang menjadi penyebab tidak jadi hadirnya beliau pada halaqoh kali ini.  Oleh karena itu apalah arti sebuah nama, kita maknai saja Halaqoh Internasional ini dengan makna Al-Halaqoh lil ‘Alamiyah dalam artian halaqoh yang manfaatnya untuk Dunia Internasional, karena kita dan juga Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Internasional.

Akhir-akhir ini Pondok Pesantren menjadi sorotan Masyarakat khususnya di Indonesia karena beberapa hal, baik itu konflik politik ataupun keagamaan yang kurang relevan, tapi di balik itu juga Pondok Pesantren menjadi sorotan karna hal-hal yang baik dan membanggakan Masyarakat Indonesia, karena di tempat itulah akan dilahirkan bibit-bibit unggul bagi bangsa Indonesia kedepannya.

“Peran pesantren itu luar biasa sekali. Banyak peran-peran yang dilakukan oleh pesantren, bukan cuma sekedar peran keagamaan atau peran pendidikan, tapi juga ada peran-peran sosial dan peran kebudayaan, ada juga ekonomi yang dilakukan pesantren dan bahkan ada juga peran-peran politik. Walaupun politiknya adalah politik kebangsaan bukan politik praktis, yaitu politik yang mau mengedepankan kepentingan-kepentingan seluruh masyarakat bukan cuma sekedar kepentingan segelintir orang. Dan inilah salah satu kekuatan Indonesia melalui jaringan pesantren yang membumi dimana-mana dan lulusan pesantren inilah anak anak yang mempunyai bekal untuk berkontibusi besar dalam pembangunan bangsa dan negara.”(Mba Yenny Wahid dalam presentasinya sebagai Narasumber pertama)

        Makna politik yang di paparkan oleh Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily sebagai Narasumber ke-2, beliau mengatakan bahwa politik adalah ‘Siasatu Dunya wa Hirosatu Din’ (mengelola urusan dunia dan menjaga agama)mengutip dari Imam Al-Mawardi, ujarnya. Yang dimaksud menjaga agama disini adalah seperti menjaga adat istiadat yang diwarisi oleh para ulama terdahulu contohnya tahlilan, maulidan dan sebagainya., jika tanpa politik maka akan terlarang. Artinya, segala keputusan yang berada dalam lingkup kebangsaan dan kenegaraan adalah atas keputusan politik.

    Membangun politik itu adalah bagaimana kita membuat relasi antara pemimpin dan rakyatnya yang didasarkan atas kemaslahatan (Ishlah) dan ini yang harus menjadi cita cita politik besar dari pesantren. Alasannya, “Agar keilmuan di kalangan masyarakat terjaga, adab dan akhlakul karimah juga terjaga khususnya adab dalam berpolitik juga adab dalam menerapkan prinsip-prinsip keagamaan.” Salah satu pesan yang disampaikan oleh Mba Yenny Wahid sebagai harapan besar kepada  pesantren di masa depan.

    Kemudian dilanjutkan pada sesi terakhir terkait “Memahami al-Qur’an sebagai landasan etik bagi wawasan Kebangsaan” yang dipaparkan langsung oleh Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, Pakar Ilmu Al-Qur’an. Sekaligus Pelantikan Pengurus  Majlis Munajat Qur’ani (MMQ) dengan harapan bisa menebarkan litelatur doa yang berasal dari ayat-ayat al-Qur’an sebagai media munajat masyarakat umum.

    Semoga seluruh ilmu yang telah kita rekam bersama sampai kepada hati nurani sehingga dapat direalisasikan secara baik dan benar serta bisa bermanfaat bagi nusa, bangsa dan negara. Aamiin...

1 Comments

Leave a comment